Pages

Sabtu, 10 Maret 2012

RELIGI 4

Wanita “MBA” Calon Ibu yang Baik


Penulis : Fauziah Humaira

Semua wanita calon ibu, ini suatu kepastian. Wanita “MBA”? Ya inilah wanita yang akan menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya dan istri yang baik untuk suaminya. “MBA” bukannya Married by Accident, tapi ‘Manusia Banyak Akal’.
Apaan siih maksudnya? Sabar, sabar, harap bersabar sejenak. Perempuan itu bisa menjadi asas suatu Negara, baik buruknya suatu Negara bisa dinilai dari kualitas perempuan yang ada di Negara itu. Ini bukan hal yang berlebihan, wajar berlaku demikian. Di saat yang bersamaan ketika perempuan atau sering dikatakan wanita racun dunia, dia juga pondasi suatu Negara.
Negara adalah kumpulan dari warga yang berbentuk masyarakat pada keseluruhannya dan masyarakat yang paling kecil adalah keluarga. Tatanan sosial yang menyeimbangkan suatu Negara bermula dari keluarga. Peranan penting ini ada di pundak wanita sebagai guru pertama untuk anaknya.
Awal mula tumbuhnya generasi baru adalah dalam asuhan para wanita, yang ini semua menunjukkan mulianya tugas kaum wanita dalam (upaya) memperbaiki masyarakat. (Kitab Daurul Mar`ati fi Ishlahil Mujtama', Halaman 3-4). Makna inilah yang diungkapkan seorang penyair dalam bait syairnya, “Ibu adalah sebuah madrasah (tempat pendidikan) yang jika kamu menyiapkannya, berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya.”(Dinukil oleh Syekh Shaleh Al-Fauzan dalam kitab Makanatul Mar`ati fil Islam, Halaman 5).
Suatu posisi yang sangat layak untuk diperjuangkan. Oleh karena itu, tidak bisa dipungkiri jadi perempuan haruslah menjadi bagian dari ‘MBA’ (Manusia Banyak Akal). Tidak hanya berpikir tentang materi yang melimpah tapi juga pendidikan untuk calon-calon pemimpin masa depan.
Setidaknya menjadi seorang ibu itu haruslah yang sudah pernah menjadi juara di kelasnya. Ini hanya gambaran kasar saja, bukan berarti manusia yang prestasi akademiknya bagus akan mendukung segala hal. Ini hanya secuil kisah saja untuk mengajak para perempuan agar tidak pernah berhenti belajar sekalipun telah menjadi seorang ibu. Bagi yang belum, mari kita persiapkan.
Ketika berkata, “Saya sudah siap menjadi ibu!” Ini akan menjadi bumerang ketika tidak sanggup merealisasikannya. Tapi ketika berkata, “Saya akan mempersiapkan diri untuk hal itu.” Ini hal yang sangat berat, karena tidak akan pernah berhenti untuk belajar dan siap dengan kelelahan

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 MY SHADOW. Design by WPThemes Expert
Blogger Templates by Buy My Themes.