Pages

Sabtu, 10 Maret 2012

RELIGI 7

Mungkinkah Pacaran Sebelum Nikah Dapat Terbebas dari Khalwat?

Penulis : Merza Gamal

Pacaran sebelum menikah dianggap lumrah dalam 3 dekade terakhir. Namun kualitas pacaran itu tentu saja berbeda dari waktu ke waktu. Jika menilik dari lagu-lagu popular tentang percintaan dari masa ke masa, maka dapat kita rasakan bagaimana mode pacaran atau percintaan dari waktu ke waktu. Sesuai dengan lagu yang top pada tahun 70-an, bergandengan tangan mesra dengan pacar dianggap sebuah hal yang memperkuat "kasih sayang" seperti yang tersirat pada lagu “Sepanjang Jalan Kenangan”-nya Tetty Kadi. Pada 80-an, berpelukan mesra dengan pacar mulai dianggap lumrah sebagaimana banyak terdapat di syair-syair lagunya Vina Panduwinata, Atik CB, Tri Utami, dan lain-lain. Pada tahun 90-an, ciuman mesra sudah dianggap sebuah hal yang biasa saja saat berpacaran yang juga dapat tersimak dari lagu-lagu popular saat itu. Dan tahun 2000, dalam era informasi yang sangat terbuka, sebagian remaja berpacaran sudah tidak ada bedanya dengan sepasang suami isteri. Bahkan tanpa malu-malu, tidak sedikit pasangan yang masih berpacaran mendokumentasikan kemesraan mereka di dalam kamera yang mereka miliki. Na'udzubillahi min dzalik.
Mungkin, tidak semua pasangan yang berpacaran melakukan kencan sesuai dengan standar jamannya. Mungkin mereka bisa menjaga diri untuk tidak mengikuti jaman. Namun bagaimana pacaran itu sendiri menurut Islam. Mungkinkah pacaran itu dapat terbebas dari khalwat?
Khalwat berasal dari kata (khalaa-yakhluu-khalwatan) yang maknanya menyepi, menyendiri, mengasingkan diri bersama dengan seseorang tanpa kesertaan orang lain. Secara istilah, khalwat sering digunakan untuk hubungan antara dua orang di mana mereka menyepi dari pengetahuan atau campur tangan pihak lain, kecuali hanya mereka berdua.
Orang yang berdo'a pada malam hari menitikkan air mata sambil mengadu kepada Allah di saat orang-orang sedang asyik tidur, juga disebut berkhalwat. Yaitu merasakan kebersamaan dengan Allah SWT tanpa kesertaan orang lain. Seolah di dunia ini hanya ada dirinya saja dengan Allah SWT.
Dalam hubungan pergaulan antara laki-laki dan perempuan, ketika mereka asyik dengan urusan mereka berdua saja, atau berbicara hanya empat mata berdua, tanpa menghendaki ada keikutsertaan orang lain, disebut berkhalwat.
Berkhalwatnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram adalah hal yang diharamkan di dalam syari'at Islam. Dan Rasulullah SAW telah bersabda untuk memastikan keharamannya.
"Jangan sekali-kali seorang lak-laki menyendiri (khalwat) dengan wanita kecuali ada mahramnya. Dan janganlah seorang wanita bepergian kecuali bersama mahramnya." (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, Tabrani, Baihaqi, dan lain-lain).
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan." (Riwayat Ahmad).
"Jangan sekali-kali salah seorang di antara kamu menyendiri dengan seorang perempuan, kecuali bersama mahramnya."
Dengan demikian, secara tegas Islam mengharamkan terjadinya khalwat, yaitu menyepinya dua orang yang berlainan jenis dan bukan mahram dari penglihatan, pendengaran, dan kesertaan orang lain. Rasulullah SAW telah menyebutkan bahwa bila hal itu terjadi, maka yang ketiga adalah syaitan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Doktor Rita Damayanti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) pada tahun 2006 tentang perilaku “pacaran”, 8.941 pelajar dari 119 SMA/sederajat di Jakarta, ditemukannya, bahwa 6,5% pelajar SLTA telah melakukan hubungan seks dengan pacarnya (termasuk seks oral), dan sekitar 25% melakukan cumbuan dengan meraba dan menggesekan alat kelamin (petting), dan 97% berpacaran minimal dengan melakukan cumbuan ringan (berpelukan dan ciuman ringan). Penelitian itu dilakukan pada usia remaja yang masih SMA, bagaimana jika responden itu telah berumur lebih dewasa. Dalam penelitian lain yang dilakukan terhadap mahasiswa di Jakarta menunjukkan bahwa 36,2% dari mahasiswa yang melakukan perilaku-perilaku seksual adalah karena ungkapan sayang, rasa memiliki, keakraban, dan perhatian dengan pacar mereka. Dan orang dewasa yang pernah pacaran, 99% minimal pernah melakukan cumbuan ringan saat kencan dengan pacar mereka.
Dari beberapa penelitian tersebut, dan juga pengamatan yang saya lakukan, baik ketika saya masih menjalani kehidupan jahiliyah ataupun ketika saya dalam proses mendekatkan diri dengan Allah dan Islam, belum ada seseorang yang pernah berpacaran mengakui secara jujur bahwa selama mereka berpacaran tidak pernah bercumbu.
Menikah tanpa melewati fase pacaran bukan berarti menikah tanpa mengenal terlebih dahulu pasangan yang akan dinikahi. Fase itu di dalam ajaran Islam dikenal dengan ta’aruf. Pacaran dan ta’aruf tidak sama dan sangat berbeda dalam pelaksanaannya. Ta’aruf yang benar akan terbebas dari berkhalwat.
Semoga kita semua terbebas, atau dapat mengajak anak dan saudara kita terbebas dari hal-hal yang tidak disukai oleh Allah SWT.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 MY SHADOW. Design by WPThemes Expert
Blogger Templates by Buy My Themes.